Debu Proyek Tol; Kalo Hujan Becek, Kalo Panas bikin Kelilipan
Setiap
proyek infrastruktur pasti mengandung resiko, wajar sih emang. Tapi apa
jadinya kalo resiko itu gak diantisipasi, pasti runyam urusannya.
Kebanyakan proyek di indonesia, pulau jawa khususnya, wabil khusus di kalangan masyarakat jawa yang abangan dan ijoan (bisa NU, PKB, PPP, atau Ijo-ijo yang lain) yang jelas bukan masyarakat kuningan (sebut saja GO**AR) apalagi biruan
(MU******ah) yang modernis itu, yang namanya pembangunan pasti makan
tumbal, tinggal siapa yang jadi tumbal dan berupa apa tumbalnya.
Kalo buat golongan kuningan dan biruan
sih pembangunan itu niscaya, negara gak akan maju kalo gak ada
pembangunan (semua orang bilang gitu kali), apapun resikonya pembangunan
harus tetep jalan demi kesejahteraan bangsa dan negara.
Tapi
pembangunan, apalagi proyek infrastruktur harus tetep dikawal gan,
jangan mentang-mentang demi bangsa dan negara trus kita diem aja.
Lebih-lebih kalo tumbal proyeknya masyarakat umum yang gak punya urusan
sama pembangunan.
Contohnya
proyek tol yang lagi digarap di sepanjang jalan
Ringinwok-Klampisan-Pasadena kecamatan Ngaliyan. Tuh proyek, ngaku-gak
ngaku udah ngganggu banget para pengguna jalan alternatif
Ngaliyan-Krapyak. Pemukiman di sepanjang jalan itu udah dibongkar semua,
tanah-tanah yang berbukit-bukit dikepras biar rata, truk-truk besar
temennya Optimus Prime berkeliaran bolak-balik di situ. Ngerilah pokoknya, kayak ngelihat geng Megatron sama Decepticonmau tawuran.
Imbasnya,
debu-debu berserakan gak karuan. Kalo hujan becek, kalo panas debunya
bikin kelilipan. Udah untung truk-truk itu gak berubah jadi autobots. Bayangin kalo berubah, bakalan banyak rudal balistik yang ngelilipin mata.
Selain
pengguna jalan, tumbal yang paling parah ya warga daerah situ yang
rumahnya persis jejeran sama jalur tol. Mereka-mereka yang jadi tuan
rumah malah gak bisa berkutik dengan serbuan debu-debu yang ngelilipin
mata mereka tiap hari dan bikin jalanan becek. Lingkungan masyarakat
yang tadinya adem ayem jadi berisik. Teras-teras rumah yang tadinya
kinclong sekarang jadi kasar karena terpaan debu-debu proyek, gak
percaya, lihat aja sendiri.
Yang
harus diinget sama kontraktor tol, di sekitar kampung juga banyak
anak-anak kecil, mulai dari balita sam usia SD. Anak-anak kecil kayak
gini rentan kena ISPA dengan debu-debu yang luar biasa pekat itu.
Apalagi debunya bukan cuman tanah. Debunya itu campuran dari banyak
limbah-limbah semen, minyak, batu bata, dll.
Yang
jadi pertanyaan, kira-kira sampai kapan masyarakat sepanjang jalur tol
bisa menahan debu-debu proyek? Yakin deh, proyek ini gak mungkin rampung
setahun dua tahun, pasti lama. Wong pembangunan Fly-over kalibanteng
aja makan waktu empat tahun, padahal panjang jalurnya cuman seratus
meter.
Yah
begitulah rakyat jelata, selalu jadi tumbal dari proyek pembangunan
pemerintah. Ini baru soal debu proyek tol aja. Belum lagi tumbal-tumbal
lainnya yang masih berserakan, seperti pelunasan ganti untung pembebasan
lahan yang belum beres kayak yang dialamin kaka Humam.
Kita sih cuman berharap aja semoga ada penanganan khusus, minimal gimana caranya biar debu-debu itu gak bikin wabah ISPA.
Biar
bagaimanapun, jalanan yang kebetulan digunain jadi lalu-lintas
kendaraan proyek statusnya masih jalan umum yang jadi denyut nadi
kehidupan masyarakat penggunanya. Gak mungkin kan jalan itu ditutup.
Kasihan
masyarakat di sekitar situ yang rata-rata gak ada urusan sama sekali
sama proyek tol. Jangan jadikan mereka tumbal dari proyek yang
peruntukannya bagi para pengendara kendaraan bersetir bulat sebelah
kanan.
Kita-kita sih wellcome
aja sama pembangunan, asalkan cara mabngunnya humanis. Seenggaknya
pihak berwenang ada usaha buat nanggulangin masalah debu ini. Bikin
jaring pengaman debu kek, mbagi-mbagiin oksigen gratis kek, ndatengin
dokter ahli pernapasan kek, atau nugasin petugas spesialis napas buatan
siapa tau ada yang pingsan gara-gara ngisep debu terus.
Atau
bisa aja tuh debu-debu dikumpulin lagi untuk dibikin bahan baku
pengganti semen. Kan sekarang pabrik semen di pegunungan kendeng belum
beroprasi...hehe
Yang
pasti kita berharap kalo nanti tolnya udah jadi bisa ngasih sumbangsih
kesejahteraan buat warga di sekitar tol. Kali-kali aja di pinggir tol
dibolehin bikin warung, angkringan, kedai kopi, atau WC umum. barangkali
aja kalo peraturan soal tol udah berubah...hehe
Posting Komentar untuk " Debu Proyek Tol; Kalo Hujan Becek, Kalo Panas bikin Kelilipan"