Moderasi Beragama Dalam Prespektif Islam di Masa Pandemi
Indonesia
adalah bangsa yang memiliki keragaman, kekayaan dan keindahan. Sehingga bangsa
ini memuat banyak keragaman, seperti keragaman bangsa, suku, adat istiadat,
bahasa dan agama. Dengan banyaknya keragaman di indonesia, sehingga membentuk
radikalisme yang terkuat dan memunculkan kelompok-kelompok yang ekstrim dengan
istilah moderasi beragama.
Dalam bahasa
moderasi berasal dari bahasa inggris moderation yang memiliki arti sikap sedang.
Yang mana yang dimaksud sikap sedang itu sikap yang tidak berlebih-lebihan. Moderasi agama itu
sikap keberagamaan Islam yang mengambil jalan tengah atau bisa disebut dengan wasath
antara dua paham atau pemikiran yang ekstrem. Jadi moderasi beragama adalah
proses memahami dan mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang supaya
terhindar dari perilaku yang menyimpang yang tidak di ajarkan di dalam agama.
Dalam Islam
makna moderasi beragama sendiri bisa dimaknai dengan merujuk surah Al
Kaafirun: “Lakum diinukum waliyadiin” (Untukmu agamamu, dan untukku agamaku).
Yang dimaksud dari surat tersebut yaitu
memberikan kebebasan kepada siapapun dalam beragama. Pluralitas dalam Islam
juga merupakan Sunatullah. Namun, tidak sampai mengantarkan pada moderat dalam
beragama. Adapun dalam menumbuhkan sikap moderat dalam prespektif islam pada
masa pandemi diantaranya yaitu:
Sabar dalam
menghadapi musibah Covid-19. Yang dimaksud sabar merupakan manifestasi
keyakinan teologis atau akidah yang diimplementasikan dalam sikap (Akhlak)
dalam menghadapi praktik kehidupan sehari-hari.
Selalu mengikuti anjuran pemerintah dan pihak yang berwenang dalam penanganan Covid-19.Mengutamakan keselamatan manusia sesuai dengan kaidah fikih (Dar’ul Mafasid Aula Min Jalbil Masholih) atau bisa juga menghilangkan kemudharatan itu harus didahulukan ketimbang mengambil manfaat.Tolong menolong dalam mengatasi Covid-19 dan dampaknya. Dalam hal tolong menolong harus ikhlas tanpa dibatasi suku, agama, ras, budaya dan status sosial. Dengan demikian bisa mewujudkan dalam memperkokoh ukhuwah Islamiyah, Basyariyah, dan Wathoniyah.
Dengan menumbuhkan sikap moderasi beragama yang paling utama
yaitu dengan tolong menolong dan Allah swt telah memerintahkan umatnya untuk
senantiasa tolong menolong antar sesama. Yang mana telah dijelaskan dalam Q.S.
Al-Maidah [5]: 2 “Saling tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa”.
Seperti yang dijelaskan pada surat Al-Maidah berarti tolong-menolong antar
sesama umat itu merupakan kewajiban. Kewajiban ini membawa dampak yang positif
dan luar biasa. Banyak keutamaan yang terkandung dalam sikap tolong menolong.
Tolong menolong terhadap sesama itu tidak hanya mendatangkan kebahagiaan bagi
orang lain, tetapi juga mendatangkan kebahagiaan untuk diri sendiri. Sungguh
suatu sunnatullah yang sangat istimewa. Sikap ikhlas dan
sukarela dalam tolong-menolong merupakan pengamalan nilai sila kedua Pancasila
yaitu yang berbunyi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Dalam arti sila kedua
tersebut berarti bangsa Indonesia telah diakui dan diperlakukan sesuai harkat
dan martabat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, Sebagai makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa manusia memiliki derajat, hak,
dan kewajiban yang sama dan tidak ada perbedaan.
Dalam sebuah hadis juga telah dijelaskan sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda “Siapa
yang melapangkan satu kesempitan dari seorang yang beriman, maka Allah akan
melapangkan baginya satu kesempitan di akhirat. Siapa yang memudahkan urusan
orang yang dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkan kesulitannya di dunia
dan akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup
aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong dan memberi perlindungan
kepada hambaNya selama hambaNya itu selalu menolong dan memberi perlindungan
kepada saudaranya”. Alangkah indahnya ajaran agama ini sehingga indonesia memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan
dan saling berinteraksi dan tolong menolong tanpa memandang derajat dan hak.
Posting Komentar untuk "Moderasi Beragama Dalam Prespektif Islam di Masa Pandemi"